Kamis, 17 Januari 2008

mbah harto


beberapa minggu terakhir ini, judul diatas menjadi nama yg kembali populer, bahkan hingga tulisan ini dibuat, topik soeharto bersaing keras dengan topik semakin mahalnya kedelai.
aku bukanlah orang yg membela ataupun memusuhi soeharto, walaupun ada beberapa aspek mengenai orang ini yg menempati nilai salah dan benar. reformasi dengan kebebasan demokrasinya menurutku belum cocok untuk diterapkan di masyarakat kita, euforia akan demokrasi justru menghantarkan negeri ini dalam pertikain yg susah untuk diredam (ini sisi dimana aku sedikit memihak mbah harto). sama seperti anak kecil yang sedang tumbuh, apa saja yang ia lihat, pelajari bahkan alami akan membentuk karakternya di waktu dewasa, negara ini telah tumbuh dalam ajaran dan lingkungan yang salah.
kembali lg mengenai popularitas simbah kita yang satu ini yang semakin naik daun lg, sudah banyak sekali pakar politik, tatanegara, politisi, bahkan negarawan yg mengeluarkan opininya trhadap penegakan kasus hukum mbah harto. ada yang meminta untuk dimaafkan saja, ada yang minta negosiasi plus kompromi, ada yg minta untuk tetap dihukum saja dll. seolah-olah smua komentar dari tokoh-tokoh memanas seiring dengan memanasnya kondisi kesehatan mbah harto. klo simbah saat itu bisa menonton televisi pasti beliau langsung sembuh, tertawa terbahak-bahak melihat gelagat dari orang2 yang meributkanya.
sebenarnya bukan masalah dimaafkan atau tidak, tapi ketika kita mencoba mengambil jalan dengan memaafkan simbah kita ini, sama saja kita sudah dengan menjatuhkan vonis bersalah kepadanya, padahal hingga saat ini persidangan masih berjalan, dan sesuai dengan azas praduga tak bersalah, seorang terdakwa pun akan dianggap tidak bersalah sebelum hakim menjatuhkan vonis bersalah kepadanya. dengan ini sebenarnya orang2 yang memilih untuk memaafkan mbah harto justru berada pada posisi percaya bahwa mbah kita yang mantan presiden ke 2 ini bersalah atas semua tuduhan yang diarahkan kepadanya, karena hanya sebuah kesalahan yg harusnya pantas disambut dengan pemaafan.

2 komentar:

Ariza mengatakan...

aku ga yakin pak harto tertawa terbahak-bahak kalopun dia bisa nonton tv mas,hehee...

aniway,mari kita anggap orang-orang itu memaknai memaafkan dari segi personal. Artinya, masyarakat tentu bisa menilai apakah seseorang itu salah atau tidak, menurut norma yang berlaku tentunya.

kalo kesalahan menurut norma hukum, well, lets give our eyes on ur posting ;)

dhen_ap mengatakan...

respons to icha's comment :
klo pemaafan segi moral aku rasa ga bakal bisa jadi pembahasan yg definitif, karena menyangkut seluruh rakyat bangsa ini yg mana tiap orang pun kita tidak akan prnah bisa tau opini aslinya, berhubung yg dibahas d i berita akhir2 ini adalah mslh kesehatan dan status hukum, maka itu jugalah yg aku kamsud, dan aku rasa pak amien pun kemarin ngmongin hal yg sama